Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhent-henti berdoa
untuk kamu, Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian
yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. ( Kolose 1:9)
Bacaan Alkitab Setahun
Mazmur 76 ; Roma 4; Bilangan 35-36
Karena minimnya pengalaman di dalam dunia hukum, seorang pengacara muda
sering berkonsultasi dengan pengacara lain yang lebih berpengalaman.
Suatu hari, di ruang tunggu gedung pengadilan, pengacara muda itu sedang
duduk menunggu seorang pengacara senior. Ketika cukup lama menunggu,
akhirnya yang ditunggu tiba juga. Tetapi sangat disayangkan, pertemuan
itu tidak berlangsung sesuai dengan yang diharapkannya.
Ketika bertemu,
pengacara senior itu hanya meliriknya sekilas, seperti tanpa arti. Lebih
menyakitkan lagi, dengan nada yang sangat keras, pengacara senior itu
berkata, "Apa yang dilakukannya di sini? Singkirkan dia! Aku tidak ingin
berurusan dengan seekor monyet kaku." Atas apa yang diterimanya,
pengacara muda itu tetap bersikap tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
Ia tetap mengikuti jalannya persidangan. Walaupun tidak dapat
berkonsultasi secara bertatap muka, ia tetap dapat belajar dari
pengacara senior tersebut.
Selama persidangan berlangsung, ia melihat
betapa brilliantnya pengacara itu dalam membela kliennya. Penanganannya
atas kasus itu membuatnya terpesona. "Nalarnya sangat bagus. Argumennya
tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata dan benar-benar dipersiapkan.
Aku akan pulang dan lebih giat lagi belajar tentang hukum," ucapnya di
dalam hati.
Pengacara muda itu adalah Abraham Lincoln, yang pernah
menjadi salah satu presiden terbaik Amerika Serikat. Dan pengacara
senior itu adalah Edwin M. Stanton, yang diangkat oleh Lincoln ke posisi
penting sebagai Sekretaris Perang. Lincoln mengakui bahwa Stanton
adalah pengacara berotak cerdas, dan memang sangat dibutuhkan oleh
negaranya. Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, "Dia merupakan
mutiara milik peradaban."
Perjalanan hidup tidak semulus jalan tol,
yang bebas hambatan. Kita akan menjumpai banyak sekali orang dari
berbagai kalangan, yang memiliki beragam karakter. Ada yang menyayangi,
ada yang membenci. Ada yang memuji, dan pastinya ada juga yang
mengkritik. Ini sudah merupakan sebuah kepastian di dalam hidup. Semua
orang pasti senang bila mendapatkan pujian, tetapi tidak semua orang
akan bereaksi sama jika mendapat kritikan, apalagi penghinaan. Hari ini
kita belajar dari pribadi Lincoln, seorang yang berangkat dari
penghinaan menuju kepada kesuksesan.
Tidak banyak orang yang memiliki
mental dan karakter seperti Lincoln, yang dapat bangkit dan berhasil di
atas penghinaan. Ketika mendapat penilaian negatif dari orang lain, kita
hanya memiliki 2 pilihan, membiarkan penilaian tersebut merusak kita,
atau justru menjadikan penilaian tersebut sebagai penyemangat untuk
menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Ingat, orang sukses dan orang
gagal sama-sama pernah mendapatkan penilaian negatif. Bedanya, orang
sukses menjadikan penilaian negatif tersebut sebagai pemicu
kesuksesannya, sedangkan orang gagal menjadikan penilaian negatif
sebagai pemicu keterpurukannya.